Minggu, 15 Mei 2016

makalah votum, salam dan introitus



BAB  I
                                     VOTUM,SALAM,INTROITUS
Banyak tata kebaktian dari gereja-gereja diIndonesia dimulai dengan Votum dan salam,tetapi ada juga yang memakai introitus,nyanyian masuk dengan atau tanpa nats pendahuluan. Kebiasaan ini mengadopsi gereja-gereja di Netherland. Gereja-gereja lain diluar negeri,,gereja reformasi tidak mengenal kebiasaan ini. Contoh,Gereja katolik Roma: persiapan (yang terdiri dari doa imam dikaki mezbah,pengakuan dosa,permohonan pengampunan dosa),introitus kyrie eleison,Gloria in excelsis deo,begitu juga gereja-gereja lama dalam abad-abad pertama
Gereja Lutheran Evangelis( dinetherland) mulai dengan votum,adjutorium(termasuk pengakuan dosa,permohonan penganpuna,pemberitaan anugerah)introitus,kyrie eleison,dst
VOTUM
Votum dan salam merupakan kebiasaan yang diambil dari gereja Nederland pada abad pertama. Calvin dalam pemberitaan Firman memulai dengan pertolongan kita adalah dalam nama Tuhan yang menjadikan langit dan bumi, Maz 124:8. Oleh kebiasaan tersebut sinode Dordrecht mewajibkan pemakaian votum dalam kebaktian. Maksud votum adalah untuk meng-konstatir hadirnya Tuhan Allah ditengah umatnya, olehnya  votum di ucapakan pada permulaan kebaktian. Van der Leeuw, votum harus diucapkan pelayan segara sesudah pelayan memasuki ibadah. Dalam votum terletak amanat kuasa Allah. Stevens, votum artinya janji yang hikmat, melalui votum jemaat mendapat sifatnya yang khusus dan di bedakan dengan pertemuan-pertemuan lain. Brink votum artinya janji. Janji Kristus adalah dimana dua tiga orang bekumpul dalam namaNya ia hadir. Sesuai keputusan sinode Dordrecht gereja Nederland  dan Indonesia memakai rumus votum “pertolongan kita adalah dalam nama TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi”. Disamping Maz 124:8 dipakai juga Matius 28:19 sebagai rumus votum,”dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus”. Kuyper berkata “rumus itu adalah perluasan rumus yang akhir (mat 28:19),rumus ini langsung dikutip dari Alkitab,tetapi terlampau panjang

SALAM
Sama seperti tata-tata kebektian di Netherland,demikian pulabanyak tata kebaktian yang dipakai oleh gereja-gereja diindonesia menggunakan votum dengan salam. Salam Liturgia yang kita kenal saat ini berasal dari PB,penulis-penulis Pb mengadopsi dari ibadah Yahudi. –pengertian dari salam adalah “selamat-selamatlah engkau”( 1 sam 25:6; 1 taw 12:18). Dalam abad pertengahan salam dipakai dalam tiga tempat: sebelum kolekta,sebelum prefasi, sebelum bubar. Kuyper  mengganti pemakaian salam dengan benediksi/rumus berkat ialah komplemen penggenap votum. Oberman tidak setuju dengan Kuyper, ia berpendapat dalam hal ini Kuyper khilaf salam itu bukan Benediksi. Kita belum tiba pada berkat. Berkat akan datang kemudian sedangkan saat ini adalah salam. Van den leuw: sesudah votum baru menyusul salam, bukan berkat. Berkat akan datang kemudian. Salam adalah tanda persekutuan. Steven dengan rumus salam, pelayan memberi salam kepada jemaat, Allah bapa dan Yesus Kristus dan Roh Kudus mengaruniakan anugerah dan sejahtera kapada kita. Golterman mengatakan salam adalah usaha mendapatkan kontak, dimana Tuhan mengadakan persekutuan dengan jemaat. Golterman mengusulkan rumus salam “kasih karunia Allah menyertai kamu dan damai sejahtera dari Allah Bapa kita dan dari Tuhan Yesus kristus, Roma 1:7”
INTROITUS
Catatan Unsur ketiga yang dipakai adalah Introitus,yaitu terdiri dari nyanyian masuk dengan atau tanpa nats pendahuluan. Gereja katolik Roma pada saat ini berusaha memulihkan kembali nyanyian introitus,dengan maksud supaya jemaat turut aktif menyanyikannya terlebih dahulu. Sebab introitus pengertiannya adalah nyanyian jemaat. Liturgi gereja lama memulai ibadahnya dengan nyanyian yang disebut Inressa/officium, yang pada saat ini dikenal dengan nama Introitus. Pada saat sekarang gereja Katolik Roma berusaha memulihkan pemakaian introitus. Pada prakteknya pemakaian introitus kurang mendapat perhatian dari jemaat. Sehingga lama kelamaan menjadi hilang. Gereja gereja Lutheran di Jerman pemakaian Introitus dengan menyanyikan secara Gregorian oleh paduan suara. Yang terdiri dari Gregorian besar dan kecil
Leikerker mengatakan pembedaan antara votum dan salam tidak benar. Bentuk salam yang paling sederhan “Tuhan kiranya menyertai kamu di jawab oleh jemaat dengan dan menyertai rohmu”. Introitus tidak bisa di hilangkan karena berhubungan dengan nas khotbah. Liturgi gereja lama memulai ibadahnya dengan nyanyian yang disebut Inressa/officium, yang pada saat ini dikenal dengan nama Introitus. Pada saat sekarang gereja Katolik Roma berusaha memulihkan pemakaian introitus. Pada prakteknya pemakaian introitus kurang mendapat perhatian dari jemaat. Sehingga lama kelamaan menjadi hilang. Gereja gereja Lutheran di Jerman pemakaian Introitus dengan menyanyikan secara Gregorian oleh paduan suara. Yang terdiri dari Gregorian besar dan kecil.

BAB  II
                     PENGAKUAN DOSA,PEMBERITAAN ANUGERAH DAN HUKUM
Ketiga unsur ibadah ini baru timbul dalam abad pertengahan. Sebelum itu ketiganya adalah para liturgis,ada kaitannya dngan kebaktian,tetapi tidak dipakai disana. Pengakuan dosa mula-mula adalah doa pribadi para imam dan konfensi yang diucapkan oleh anggota-anggota jemaat. Pada akhir abad pertengahan ketiga unsur ini mulai dipakai dalam kebaktian
PENGAKUAN DOSA DAN PEMBERITAAN ANUGERAH
Ketika imam sampai dimezbah,ia tunduk menyembah dan mengaku dosanya kepada Tuhan. Pengakuan dosa ini disebut Confessio. Diucapkan bukan saja pada waktu misa,tetapi juga pada saat yang lain misalnya pada waktu komuni. Confiteor merupakan kata-kata pribadi yang bersifat pribadi memohon pengampunan dosa. Reformasi melanjutkan pemakaian pengakuan dosa (confiteor) dan permohonan pengampunan (absolusi) dalam kebaktian. Abad-abad pertama tata kebaktian reformatoris menempatkan pengakuan dosa sebelum dan sesudah khotbah. Brenz dan Calvin menolak pemakaian absolusi dalam kebaktian karena pengikatan dan penguraian dosa telah berlangsung dalam penyampaian Firman. Van der leeuw mengatakan pengakuan dosa umum tidak menggantikan pengakuan dosa pribadi dan absolusi yang berlangsung di dalam biecht. Oleh karena itu pengakuan dosa merupakan bagian yang sangat penting dari kebaktian dan tidak boleh di tiadakan. Rumus yang digunakan untuk pengakuan dosa bermacam macam bentuknya ada yang langgsung dikutip dari Alkitab mis: Mzm 25:21, Yes 59:12-13,63, Roma 7. Dan ada juga yang disusun oleh gereja  sendiri, mis: gereja Calvinis,Lutheran dan Anglikan. Setelah pengakuan dosa menyusul pemberitaan anugerah. Rumus pemberitaan anugerah yang biasa dipakai adalah sebagai hamba Yesus Kristus saya (kami) memberitakan pengampunan dosa kepda tiap tiap orang  yang dengan tulus ikhlas telah mengaku daosanya di hadapan Allah.
Hukum
Pengakuan dosa.absolusi,Hukum dan dasa Firman (hukum taurat) dipakai dalam ibadah pada abad pertengahan (Kel 20:1-17). Menurut  Van den Leeuw dasar Firman tidak boleh dibacakan tanpa inti hukum (Mat 22:37-40). Sebab inti hukum yang memberikan arti  yang legitim terhadap dasar Firman bagi umat Kristen. Kebiasaan ini diteruskan ileh Calvin dan Micron,dalam buku Calvin,dasafirman dan doa Bapa kami ditempatkan sesudah pengakuan dosa,pemberitaan anugerah dan sebelum khotbah. Pembacaan hokum diaminkan oleh jemaat dengan puji-pujian

                                                                                       BAB  III
                       GLORIA KECIL,KYRIE ELEISON,DAN NYANYIAN PUJIAN
GLORIA
Gloria kecil,(Hormat bagi Bapa,Anak dan Roh Kudus,seperti pada permulaan sekarang ini dan samapai selamanya. Amin),hal ini merupakan bagian dari introitus. Bagian pertama Gloria kecil berasal dari antiokhia,disana dipakai sebagai pengakuan anti-ajaran Arius. Sebagai ganti hormat bagi Bapa oleh Anak dalam Roh Kudus. Abad ke-6 gloria kecil muncul waktu timbulnya pengkuan iman Athanasius dkipakai sebagai pengakuan anti ajaran bidaah. Gloria kecil mula-mula nyanyian jemaat. Namun ketika Gloria kecil di impor ke Roma unsur itu diserahkan bersama sama dengan bagian kedua dari intoitus/mazmur kepada paduan suara, yang dikenal dengan nyanyian dan koor.
KYRIE ELEISON
Kyrie Eleison (Tuhan kasiahanilah)adalah sesuatu yang terkenal dari bangsa kafir (Mesisr,Asia kecil,antiokhia dll) sebagai salah satu pujian untuk dewa matahari (kultus),jauh sebelum Kristus. Gloria kecil kemudian diambil alih oleh jemaat-jemaat perjanjian baru dalam liturgi mereka.
 Tradisi ini dipelihara oleh gereja-gereja Lutheran sampai sekarang.  kyrei eleison merupakan unsur yang sangat esensial dalam ibadah ibadah gereja. Sementara di gereja gereja Calvinis hal ini semakin lama semakin hilang
NYANYIAN PUJIAN                               
Nyanyian pujian dipakai sesudah pemberitaan anugerah dan pembacaan hokum. Yang dimaksud disini adalah Gloria in excelcis deo (kemuliaan bagi Allah ditempat yang maha tinggi) luk 2:14. Gloria besar adalah “kidung malaikat”sama seperti mazmur – mazmur dalam alkitab. Oleh gerakan liturgia,Gloria in exdelcis deo dipakai dalam kebaktian protestan diIndonesia. Biasanya nyanyian ini dipakai pada malam natal,atau hari nata.

                                                                                           BAB  IV
                                   DOA,PEMBACAAN ALKITAB,KOTBAH
DOA
Setelah introitus,kyrie eleison,dan Gloria in excelsis deo,menyusul doa yang disebut collecta,imam myang memimpin ibadah berbalik kepada jemaat,dan memberi salam,sesudah itu mengucapkan collecta yaitu doa dengan dan untuk jemaat. Luther memakai kollekta dalam kebaktian jemaat. Sementara Butzer dan Calvin meniadakan kollekta dan menggantikannya dengan epiklese yakni doa untuk memohon kedatangan roh kudus agar Firman Allah dapat di beritakan dan didengar dengan baik. Epiklese di kemudian hari dipindahkan tempatnya dan dihubungkan dengan khotbah.
 Kebiasaan ini diambil alih oleh gereja-gereja di Nederland, tetapi doa pemberitaan Firman sering di campurbaurkan dengan doa syafaat sesudah kotbah. Menjadikan fungsi yang semula hilang. Para pemimpin hgereakan liturgia menekankan doa sebelum pemberitaan Firman Allah tidak sama dengan doa syafaat. Lekkerkerker  lebih setuju kalau epiklese ditempatkan sebelum pembacaan Alkitab. Arti teologis dari penempatan ini adalah bahawa Alkitab menjadi kesaksian bagi jemaat.Ada juga gereja yang memakai epiklese dengan formulir doa


PEMBACAAN ALKITAB
Pembacaan alkitab merupakan unsur yang tetap dalam kebaktian gereja. Ini kita temui dalam kebaktian di Sinagoge. Disana dibacakan kitab Taurat dan kitab Nabi- nabi. Kebiasaan ini di adopsi pada zaman Perjanjian Baru. Pada saat ini gereja mengikuti kebiasaan pada abad-abad pertama dan membacakan baik dari Perjanjian Lama maupun dari Perjanjian Baru. Dalam abad-abad pertama pembacaan Alkitab dilakukan oleh seorang pembaca (anagignoskon, lektor). Pembacaan Alkitab biasanya di akhiri dengan “berbahagilah orang yang mendengar Firman Allah dan yang memeliharanya”. Haleluya.
Hubungan antara Pembacaan Alkitab dan Khotbah               
Sejak dulu pembacan Alkitab erat hubungannya dengan khotbah sebagai mana terdapat dalam ibadah di Sinagoge. Kalau pembaca telah selesai maka ketua mengajar dan memberi nasehat supaya orang dapat tau dan mengerti apa arti dan maksud Firman yang baru di baca. Dalam gereja Roma dikenal dengan Homili. Calvin menghubungkan pembacaan Alkitab dengan khotbah, sebelum pembacaan Alkitab di dahului dengan doa memohon anugerah roh kudus.
KHOTBAH
Pendapat ahli-ahli Liturgia tentang khotbah sanagat berbeda. Kotbah adalah sebagaian dari ibadah,berhubungan dengan itu kotbah harus memenuhi syarat yaitu
1.       Yang terpenting adalah ibadah
2.       Lamanya kotbah tidak boleh lebih dari 25 menit,atau 30 menit
3.       Kotbah tidak boleh menguasai kebaktian
4.       Kotbah harus membangun jemaat untuk aktif dalam mengambil bagian dalam ibadah
Pendapat ini disetujui oleh gerakan liturgia,Bakhuzen Van den Brink keberatan terhadap “penguasaan”kotbah didalam jemaat. Leikerker menjelaskan fungsi pemberitaan firman adalah mengumumkan keselamatan dan hukuman,mujizat adalah orang-orang berdosa mendapatkan keselamatan melalui pembertiaan Firman yang dilakuikan

                                                                                        BAB 5
                                                       MAZMUR DAN HALELUYA
MAZMUR
Kitab mazmur memainkan peranan yang penting didalam ibadah jemaat.bukan saja inadah dalam jemaat PL,tetapi juga ibadah dalam jemaat PB. Pembacaan Alkitab biasanya diselingi dengan nyanyian mazmur. Kebiasaan ini diambil dari ibadah di sinagoge. Kitab mazmur memainkan peranan penting,khususnya didalam biara-biara. Kitab ini adalah satu-satunya buku yang dipakai oleh para rahib-rahib. Calvin juga memakai kitab mazmur ini untuk mengajar jemaat,dan memngaggapnya sebagai nyanyian yang baik didalam gereja. Pemakaian Mazmur dalam bentuk sajak banyak di pakai oleh gereja-gereja di Indonesia. Pemakaian mazmur dengan cara membaca, menyanyikan atau mengucapkan sebagai doa. Gereja di Indonesia pemakaian mazmur kebanyakan di gubah menjadi sebuah lagu atau pujian. Tentang caara pemakaiannya (cara membaca,menyanyikn atau mengucapkan sebagai doa) para pemimpin gerakan Liturgia mempunyai pendapat yang sama
HALELUYA
Unsur Ini berasal dari ibadah Yahudi. Haleluya biasanya dinyanyikan pada hari raya paskah. Unsur ini dalam Perjanjian Baru kita temui dalam Wahyu. Dalam abad pertengahan haleluya banyak sekali dipakai terutama dalam liturgi-liturgi misa. Pemakaian haleluya juga banyak dipakai setelah pembacaan surat-surat, nyanyian dan pengakuaan dosa. Tetapi kebanyakan gereja memakaianya detelah pembacaan Alkitab.
                                                                                    BAB  VI        
                                                            PENGAKUAN IMAN
Sejak semula pengakuan iman erat hubungannya dengan pelayanan baptisan. Abad abad pertama orang-orang yang dibaptis menjawab soal-soal yang ditujukan kepada mereka dengan “Aku percaya” dan sesudah itu mereka diselamkan kedalam air. Sesudah pelayanan Baptisan, mereka diurapi dan  diberkati  dan dipakaikan baju putih. Pakaian pesta yang melambangkan kegembiraan dan kesucian. Dari tempat baptisan mereka masuk kedalam gereja untuk turut mengambil bagian dengan anggota-anggota jemaat yang lain dalam perayaan perjamuan kudus. Mulai abad ke 5 pengakuan iman dipakai oleh gereja gereja bagian Timur, (Antiokhia dan Konstantinopel). Reformasi malanjutka pemakaian pengakuan iman tetapi kadang kadang tempatnya tidak tetap, kadang sebelum dan sesudah khotbah. Luther menempatkanya sebelum khotbah. Sementar Calvin menempatkanya sesudah khotbah. Micron menempatkanya sebelum doa syafaat. Bagi Golterman  pengakuan iman hanya mempunyai satu tempat yang sah yaitu sesudah khotbah. Pengakuan iman yang sering dipakai dalam ibadah adalah pengkuan iman Rasuli, pengakuan iman Nicea, pengakuan iman Athanasius. Dan yang sering dipakai oleh gereja adalah Pengakuan Iman Rasuli.
Tentang cara mengucapkan pengakuan Iman,Van Der Leeur mengatakan”pengakuan Iman dikrarkan,bukan dibacakan,bukan didengarkan “. Untuk itu jemaat perlu bangkit berdiri sebagai gtanda kesediaannya untuk membaktikan diri dalam pelayanan Tuhan
BAB  VII
DOA SYAFAAT
Doa syafaat adalah doa yang dalam beberapa tata kebaktian gereja-gereja di Indonesia disebut doa umum atau doa pastoral, diluar negeri terkenal dengan intercession. Yustinus Martyr menempatkan doa syafaat sesudah pemberitaan Firman. Sementar Zwingli menempatkan doa syafaat untuk orang-orang hidup dan peringatan akan orang-orang mati dalam iabdah pemberitaan Firman. Calvin menempatkan doa syafaat setelah khotbah. Kebiasaan Calvin itua terus dipakai sampai sekarang. Menurut Golterman sendiri doa syafaat dan doa bapa kami harus didahului dengan salam doa dengan rumus ”Tuhan menyertai kamu”. Gerakan Liturgia sangat menekankan pemakaian formulir doa untuk doa syafaat sebab para pelayan tidak mempunyai charisma khusus untuk berdoa.
Dalam Perjanjian Baru kita temui dua sikap doa yaitu berdiri dan berlutut. Berlutut sambil berdoa masih dipertahankan sampai sekarang yang dipengaruhi oleh kebiasaan Katolik Roma yaitu penyembahan terhadap tubuh dan darah Kristus dalam hosti.
Gereja-gereja di Indonesia menempatkan doa umum/ doa syafaat sebelum pembacaan Alkitab atau sebelum khotbah yaitu ditempat epiklese (doa untuk pemberitaan Firman). Selain itu doa syafaat yang kita kenal dalam gereja di Indonesia umumnya dalam bentuk pidato. Sikap doa syafaat dapat dilakukan dengan berdiri dan berlutut,Van Der Leeuw mengusulkan siakp berlutut bagi anggota-anggota jemaat ditempatnya masing-masing. Pelayan dimuka meja perjamuan tempat ia mengucapkan doa syafaat jemaat

                                                                BAB  VIII
                                                       PEMBERIAN JEMAAT
Ibadah dilanjutkan dengan perayaan perjamuan,hal ini mengadopsi dari gereja PL. pemberian jemaat biaasanya erat hubungannya dengan perayaan perjamuan. Pada zaman PB pemberian tersebut masih dianggap “diakoni” jemaat dikumpulkan oleh diaken-diaken (pelayan-pelayan meja,kis 6:2),lalu pemberian-pemberian itu dibagi-bagikan kepada orang-orang miskin
Digereja barat persembahan “korban” (yang dibawa kemezbah oleh pelayan dan anggota jemaat) dianggap sebagai sesuatu yang penting.terutama dijemaat-jemaat besar,akta persembahan diiringi dengan suatu kidung (mazmur). Sekarang ini sebutan persembahan berubah menjadi kolekte,tetapi Van Der Leeuw tidak menyetujui istilah kolekte,karena persembahan merupakan hal yang esensial didalam ibadah. Mempersembahkan korban berarti kita mempersembahkan diri dan hidup kita dalam ibadah
                                                               BAB  IX
                                           NYANYIAN DAN PADUAN SUARA
Dalam abad-abad pertama,Ignatius (1150 memulihkan kembali pemakaian responsorial antara pelayan dan jemaat atau antara anngota paduan suara. Pada abad pertengahan Paus Gregorius I (± 600)memasukkan cara menyanyi Gregorian kedalam ibadah jemaat. Dalam abad sebelum reformasi nyanyian jemaat disalah gunakan oleh gereja,oleh pengaruh Roma nyanyian jemaat diberikan kepada paduan-paduan suara yang terdiri dari para Imam.pada waktu reformasi para Reformator,terutama Luther dan Calvin. Nyanyian jemaat dibersihkan dari ragi-ragi katolik Roma dan diserahkan kembali kepada jemaat
Sesudah reformasi,nhyanyian jemaat terus berkembang.tema dan isinya tidak tetap. Mula-mula berhubungan dengan perjuangan. DiIndonesia hamper setiap gereja mempunyai buku nyanyian sendiri,dalam bahasa Indonesia atau bahasa daerah
Gerakan liturgia mengatakan bagaimana cara nyanyian yang seharusnya di nyanyikan oleh jemaat: tiap nyanyian merupakan satu kesatuan, bila nyanyian terlalu panjang baik dinyanyikan suatu bagian yang merupakan kesatuan. Menyanyi dengan suara yang bagus meskipun ini tidak harus mutlak.
PADUAN SUARA
Dalam gereja-gereja protestan,sampai sekarang paduan suara belum mendapatkan kedudukan yang pasti. Ada gereja yang tetap menggunakannya dalam ibadahnya,ada juga ynag menggunakannya hanya sekali-sekali,bahkan ada yang sama sekali tidak menggunakannya
Para pemimpin gerekan Liturgia menyatakan,paduan suara adalah unsur yang tetap dari ibadah jemaat, hal itu nhyata dari bagan-bagan tata kebaktianyang dipakai oleh gereja sejak abad-abad pertama
Hal-hal yang harus diperhatikan sebagai syarat dari paduan suara
1.      Paduan suara yang dipakai didalam ibadah jemaat adalah paduan suara gereja,bukan perhimpunan penyanyi. Dalam menjalankan tugasnya paduan suara harus tunduk kepada peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh gereja,karena tujuan dari paduan suara adalah untuk memuliakan Nama Tuhan
2.      Paduan suara harus berpihak kepada jemaat,karena sebagai ungkapan hati jemaat,mialnya perasaan khidmat dan kasih,sebagai permohonan,kegembiraan yang meluap-luap dll
3.      Didalam ibadah paduan suara tidak mendapat tempat berdiri sendiri. Hal ini tidak cocok dengan pendapat Lutheran
4.      Karena tugas paduan suara adalah melayani,berarti paduan suara tidak boleh menyanyi sendiri-sendiri,tetapi bersama-sama dengan jemaat,atau menyokong nyanyian jemaat
5.      Paduan suara diperdengarkan sebelum kebaktian mulai dan sesudah berkat

BAB  X
                                                           BERKAT
Bagian yang terakhir dari penyelengaraaan Liturgika adalah “BERKAT” . berkat telah kita kenal dan ditemui dalam PL. yang terkenal adalah berkat Harun (bil 6:22-27). Rumus-rumus yang dipakai umumnya adalah:  BAPA-ANAK-ROH KUDUS .
menurut tata gereja berkat diucapkan dengan tangan terulur. Kemudian sejak abad ke 5, sehubungan dengantimbulnya jemaat didaerah-daerah,doa berkat boleh juga diucapkan oleh Imam-Imam
banyak yang tidak setuju denganpandangan ini. Oberman  tidak mau memakai bilangan 6:24-26 sebagai rumus berkat. Ia mengatakan berkat adalah pemberian Tuhanyang diberikan kepada jemaat melalui pelayanan kepada jemaat. Disini pelayan bertindak sebagai Imam
sebagai rumus berkat,para pemimpin gerekan Liturgia mengusulkan 2 kor 13;13”kasih karunia Tuhan Yesus kristus dan kasih Allah,dan persekutuan Roah Kudus menyertai kamu sekalian. Atau bilanagn 6: 24-26,” Tuhann memberkati engkau dan melindungi engkau.Tuhan menyinari enkau dengan dengan wajahNya dan memberi engkau kasih karunia.tuahn menghadapkan wajanNya kepadamu dan memberi engkau damai sejahtera ”. atau memakai rumus yang diapakai oleh gereja lama “ kiranya Allah yang Maha kuasa,Bapa,Anak dan Roh Kudus,memberkati kamu “
berkat diucapkan dengan tangan yang terulur dan “ telapak tangan mengahdap kebawah “. Jemaat menerima nerkat sambil berdiri, “dengan kepala yang tertunduk “. Sebagai jawaban atas berkat itu,jemaat mengucapkan Amin! Amin!Amin!

KESIMPULAN
Buku unsur-unsur Liturgia ini sangat membuka wawasan bagi para pelayan terlebih Gembala dan para Pemimpin gereja,sebagai acuan dalam tata ibadah,sehingga menghasilkan ibadah yang tertib,dan dapat mengarahkan jemaat dalam mengahadap hadirat Tuhan
Sejak Zaman bangsa Israel,Allah sudah memberikan tuntutan dan pengarahan dalam penyelenggaraan ibadah. Pada masa kini susnan liturgia sudah banyak mengalami perubahan,akan tetapi tidak mengurangi esensi inti ibadah tersebut. Sehingga umatNya dapat lebih leluasa dan lebih dekat lagi dalam beribadah kepada Tuhan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar