BAB I
VOTUM,SALAM,INTROITUS
Banyak tata kebaktian
dari gereja-gereja diIndonesia dimulai dengan Votum dan salam,tetapi ada juga
yang memakai introitus,nyanyian masuk dengan atau tanpa nats pendahuluan. Kebiasaan
ini mengadopsi gereja-gereja di Netherland. Gereja-gereja lain diluar
negeri,,gereja reformasi tidak mengenal kebiasaan ini. Contoh,Gereja katolik
Roma: persiapan (yang terdiri dari doa imam dikaki mezbah,pengakuan
dosa,permohonan pengampunan dosa),introitus kyrie eleison,Gloria in excelsis
deo,begitu juga gereja-gereja lama dalam abad-abad pertama
Gereja Lutheran
Evangelis( dinetherland) mulai dengan votum,adjutorium(termasuk pengakuan
dosa,permohonan penganpuna,pemberitaan anugerah)introitus,kyrie eleison,dst
VOTUM
Votum dan salam
merupakan kebiasaan yang diambil dari gereja Nederland pada abad pertama.
Calvin dalam pemberitaan Firman memulai dengan pertolongan kita adalah dalam
nama Tuhan yang menjadikan langit dan bumi, Maz 124:8. Oleh kebiasaan tersebut
sinode Dordrecht mewajibkan pemakaian votum dalam kebaktian. Maksud votum
adalah untuk meng-konstatir hadirnya Tuhan Allah ditengah umatnya, olehnya votum di ucapakan pada permulaan kebaktian.
Van der Leeuw, votum harus diucapkan pelayan segara sesudah pelayan memasuki
ibadah. Dalam votum terletak amanat kuasa Allah. Stevens, votum artinya janji
yang hikmat, melalui votum jemaat mendapat sifatnya yang khusus dan di bedakan
dengan pertemuan-pertemuan lain. Brink votum artinya janji. Janji Kristus
adalah dimana dua tiga orang bekumpul dalam namaNya ia hadir. Sesuai keputusan
sinode Dordrecht gereja Nederland dan
Indonesia memakai rumus votum “pertolongan kita adalah dalam nama TUHAN, yang
menjadikan langit dan bumi”. Disamping Maz 124:8 dipakai juga Matius 28:19
sebagai rumus votum,”dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus”. Kuyper berkata
“rumus itu adalah perluasan rumus yang akhir (mat 28:19),rumus ini langsung
dikutip dari Alkitab,tetapi terlampau panjang
SALAM
Sama seperti
tata-tata kebektian di Netherland,demikian pulabanyak tata kebaktian yang
dipakai oleh gereja-gereja diindonesia menggunakan votum dengan salam. Salam
Liturgia yang kita kenal saat ini berasal dari PB,penulis-penulis Pb mengadopsi
dari ibadah Yahudi. –pengertian dari salam adalah “selamat-selamatlah engkau”(
1 sam 25:6; 1 taw 12:18). Dalam abad pertengahan
salam dipakai dalam tiga tempat: sebelum kolekta,sebelum prefasi, sebelum
bubar. Kuyper mengganti pemakaian salam
dengan benediksi/rumus berkat ialah komplemen penggenap votum. Oberman tidak
setuju dengan Kuyper, ia berpendapat dalam hal ini Kuyper khilaf salam itu
bukan Benediksi. Kita belum tiba pada berkat. Berkat akan datang kemudian
sedangkan saat ini adalah salam. Van den leuw: sesudah votum baru menyusul
salam, bukan berkat. Berkat akan datang kemudian. Salam adalah tanda
persekutuan. Steven dengan rumus salam, pelayan memberi salam kepada jemaat,
Allah bapa dan Yesus Kristus dan Roh Kudus mengaruniakan anugerah dan sejahtera
kapada kita. Golterman mengatakan salam adalah usaha mendapatkan kontak, dimana
Tuhan mengadakan persekutuan dengan jemaat. Golterman mengusulkan rumus salam
“kasih karunia Allah menyertai kamu dan damai sejahtera dari Allah Bapa kita
dan dari Tuhan Yesus kristus, Roma 1:7”
INTROITUS
Catatan Unsur ketiga yang dipakai adalah
Introitus,yaitu terdiri dari nyanyian masuk dengan atau tanpa nats pendahuluan.
Gereja katolik Roma pada saat ini berusaha memulihkan kembali nyanyian
introitus,dengan maksud supaya jemaat turut aktif menyanyikannya terlebih
dahulu. Sebab introitus pengertiannya adalah nyanyian jemaat. Liturgi gereja
lama memulai ibadahnya dengan nyanyian yang disebut Inressa/officium, yang pada
saat ini dikenal dengan nama Introitus. Pada saat sekarang gereja Katolik Roma
berusaha memulihkan pemakaian introitus. Pada prakteknya pemakaian introitus
kurang mendapat perhatian dari jemaat. Sehingga lama kelamaan menjadi hilang.
Gereja gereja Lutheran di Jerman pemakaian Introitus dengan menyanyikan secara
Gregorian oleh paduan suara. Yang terdiri dari Gregorian besar dan kecil
Leikerker mengatakan pembedaan antara votum dan
salam tidak benar. Bentuk salam yang paling sederhan “Tuhan kiranya menyertai
kamu di jawab oleh jemaat dengan dan menyertai rohmu”. Introitus tidak bisa di
hilangkan karena berhubungan dengan nas khotbah. Liturgi gereja lama memulai
ibadahnya dengan nyanyian yang disebut Inressa/officium, yang pada saat ini
dikenal dengan nama Introitus. Pada saat sekarang gereja Katolik Roma berusaha
memulihkan pemakaian introitus. Pada prakteknya pemakaian introitus kurang
mendapat perhatian dari jemaat. Sehingga lama kelamaan menjadi hilang. Gereja
gereja Lutheran di Jerman pemakaian Introitus dengan menyanyikan secara
Gregorian oleh paduan suara. Yang terdiri dari Gregorian besar dan kecil.
BAB II
PENGAKUAN DOSA,PEMBERITAAN ANUGERAH DAN HUKUM
Ketiga
unsur ibadah ini baru timbul dalam abad pertengahan. Sebelum itu ketiganya
adalah para liturgis,ada kaitannya dngan kebaktian,tetapi tidak dipakai disana.
Pengakuan dosa mula-mula adalah doa pribadi para imam dan konfensi yang
diucapkan oleh anggota-anggota jemaat. Pada akhir abad pertengahan ketiga unsur
ini mulai dipakai dalam kebaktian
PENGAKUAN DOSA DAN PEMBERITAAN ANUGERAH
Ketika imam
sampai dimezbah,ia tunduk menyembah dan mengaku dosanya kepada Tuhan. Pengakuan
dosa ini disebut Confessio. Diucapkan bukan saja pada waktu misa,tetapi juga
pada saat yang lain misalnya pada waktu komuni. Confiteor
merupakan kata-kata pribadi yang bersifat pribadi memohon pengampunan dosa.
Reformasi melanjutkan pemakaian pengakuan dosa (confiteor) dan permohonan
pengampunan (absolusi) dalam kebaktian. Abad-abad pertama tata kebaktian
reformatoris menempatkan pengakuan dosa sebelum dan sesudah khotbah. Brenz dan
Calvin menolak pemakaian absolusi dalam kebaktian karena pengikatan dan
penguraian dosa telah berlangsung dalam penyampaian Firman. Van der leeuw
mengatakan pengakuan dosa umum tidak menggantikan pengakuan dosa pribadi dan
absolusi yang berlangsung di dalam biecht. Oleh karena itu pengakuan dosa
merupakan bagian yang sangat penting dari kebaktian dan tidak boleh di
tiadakan. Rumus yang digunakan untuk pengakuan dosa bermacam macam bentuknya
ada yang langgsung dikutip dari Alkitab mis: Mzm 25:21, Yes 59:12-13,63, Roma 7.
Dan ada juga yang disusun oleh gereja
sendiri, mis: gereja Calvinis,Lutheran dan Anglikan. Setelah pengakuan
dosa menyusul pemberitaan anugerah. Rumus pemberitaan anugerah yang biasa
dipakai adalah sebagai hamba Yesus Kristus saya (kami) memberitakan pengampunan
dosa kepda tiap tiap orang yang dengan
tulus ikhlas telah mengaku daosanya di hadapan Allah.
Hukum
Pengakuan dosa.absolusi,Hukum dan dasa Firman
(hukum taurat) dipakai dalam ibadah pada abad pertengahan (Kel 20:1-17). Menurut
Van den Leeuw dasar Firman tidak boleh
dibacakan tanpa inti hukum (Mat 22:37-40). Sebab inti hukum yang memberikan
arti yang legitim terhadap dasar Firman
bagi umat Kristen. Kebiasaan ini diteruskan ileh Calvin dan Micron,dalam buku
Calvin,dasafirman dan doa Bapa kami ditempatkan sesudah pengakuan
dosa,pemberitaan anugerah dan sebelum khotbah. Pembacaan hokum diaminkan oleh
jemaat dengan puji-pujian
BAB III
GLORIA KECIL,KYRIE
ELEISON,DAN NYANYIAN PUJIAN
GLORIA
Gloria kecil,(Hormat bagi Bapa,Anak dan Roh
Kudus,seperti pada permulaan sekarang ini dan samapai selamanya. Amin),hal ini
merupakan bagian dari introitus. Bagian pertama Gloria kecil berasal dari
antiokhia,disana dipakai sebagai pengakuan anti-ajaran Arius. Sebagai ganti
hormat bagi Bapa oleh Anak dalam Roh Kudus. Abad ke-6 gloria kecil muncul waktu
timbulnya pengkuan iman Athanasius dkipakai sebagai pengakuan anti ajaran
bidaah. Gloria kecil mula-mula nyanyian jemaat. Namun ketika Gloria kecil di
impor ke Roma unsur itu diserahkan bersama sama dengan bagian kedua dari
intoitus/mazmur kepada paduan suara, yang dikenal dengan nyanyian dan koor.
KYRIE ELEISON
Kyrie Eleison (Tuhan kasiahanilah)adalah
sesuatu yang terkenal dari bangsa kafir (Mesisr,Asia kecil,antiokhia dll) sebagai
salah satu pujian untuk dewa matahari (kultus),jauh sebelum Kristus. Gloria
kecil kemudian diambil alih oleh jemaat-jemaat perjanjian baru dalam liturgi
mereka.
Tradisi
ini dipelihara oleh gereja-gereja Lutheran sampai sekarang. kyrei eleison merupakan unsur yang sangat
esensial dalam ibadah ibadah gereja. Sementara di gereja gereja Calvinis hal
ini semakin lama semakin hilang
NYANYIAN PUJIAN
Nyanyian pujian dipakai sesudah pemberitaan
anugerah dan pembacaan hokum. Yang dimaksud disini adalah Gloria in excelcis deo
(kemuliaan bagi Allah ditempat yang maha tinggi) luk 2:14. Gloria besar adalah
“kidung malaikat”sama seperti mazmur – mazmur dalam alkitab. Oleh gerakan
liturgia,Gloria in exdelcis deo dipakai dalam kebaktian protestan diIndonesia.
Biasanya nyanyian ini dipakai pada malam natal,atau hari nata.
BAB
IV
DOA,PEMBACAAN ALKITAB,KOTBAH
DOA
Setelah introitus,kyrie eleison,dan Gloria in
excelsis deo,menyusul doa yang disebut collecta,imam myang memimpin ibadah
berbalik kepada jemaat,dan memberi salam,sesudah itu mengucapkan collecta yaitu
doa dengan dan untuk jemaat. Luther memakai kollekta dalam kebaktian
jemaat. Sementara Butzer dan Calvin meniadakan kollekta dan menggantikannya
dengan epiklese yakni doa untuk memohon kedatangan roh kudus agar Firman Allah
dapat di beritakan dan didengar dengan baik. Epiklese di kemudian hari
dipindahkan tempatnya dan dihubungkan dengan khotbah.
Kebiasaan ini diambil alih oleh gereja-gereja
di Nederland, tetapi doa pemberitaan Firman sering di campurbaurkan dengan doa
syafaat sesudah kotbah. Menjadikan fungsi yang semula hilang. Para pemimpin
hgereakan liturgia menekankan doa sebelum pemberitaan Firman Allah tidak sama
dengan doa syafaat. Lekkerkerker lebih
setuju kalau epiklese ditempatkan sebelum pembacaan Alkitab. Arti teologis dari
penempatan ini adalah bahawa Alkitab menjadi kesaksian bagi jemaat.Ada juga
gereja yang memakai epiklese dengan formulir doa
PEMBACAAN ALKITAB
Pembacaan alkitab merupakan unsur yang tetap
dalam kebaktian gereja. Ini kita temui dalam kebaktian di Sinagoge. Disana
dibacakan kitab Taurat dan kitab Nabi- nabi. Kebiasaan ini di adopsi pada zaman
Perjanjian Baru. Pada saat ini gereja mengikuti kebiasaan pada abad-abad
pertama dan membacakan baik dari Perjanjian Lama maupun dari Perjanjian Baru.
Dalam abad-abad pertama pembacaan Alkitab dilakukan oleh seorang pembaca
(anagignoskon, lektor). Pembacaan Alkitab biasanya di akhiri dengan
“berbahagilah orang yang mendengar Firman Allah dan yang memeliharanya”.
Haleluya.
Hubungan antara Pembacaan Alkitab dan Khotbah
Sejak dulu pembacan Alkitab erat hubungannya
dengan khotbah sebagai mana terdapat dalam ibadah di Sinagoge. Kalau pembaca
telah selesai maka ketua mengajar dan memberi nasehat supaya orang dapat tau
dan mengerti apa arti dan maksud Firman yang baru di baca. Dalam gereja Roma
dikenal dengan Homili. Calvin menghubungkan pembacaan Alkitab dengan khotbah,
sebelum pembacaan Alkitab di dahului dengan doa memohon anugerah roh kudus.
KHOTBAH
Pendapat ahli-ahli Liturgia tentang khotbah
sanagat berbeda. Kotbah adalah sebagaian dari ibadah,berhubungan dengan itu
kotbah harus memenuhi syarat yaitu
1. Yang terpenting adalah ibadah
2. Lamanya kotbah tidak boleh lebih dari 25
menit,atau 30 menit
3. Kotbah tidak boleh menguasai kebaktian
4. Kotbah harus membangun jemaat untuk aktif dalam
mengambil bagian dalam ibadah
Pendapat ini disetujui oleh gerakan liturgia,Bakhuzen
Van den Brink keberatan terhadap “penguasaan”kotbah didalam jemaat. Leikerker
menjelaskan fungsi pemberitaan firman adalah mengumumkan keselamatan dan
hukuman,mujizat adalah orang-orang berdosa mendapatkan keselamatan melalui
pembertiaan Firman yang dilakuikan
BAB 5
MAZMUR DAN HALELUYA
MAZMUR
Kitab mazmur memainkan peranan yang penting
didalam ibadah jemaat.bukan saja inadah dalam jemaat PL,tetapi juga ibadah
dalam jemaat PB. Pembacaan Alkitab biasanya diselingi dengan nyanyian mazmur.
Kebiasaan ini diambil dari ibadah di sinagoge. Kitab mazmur memainkan peranan
penting,khususnya didalam biara-biara. Kitab ini adalah satu-satunya buku yang
dipakai oleh para rahib-rahib. Calvin juga memakai kitab mazmur ini untuk
mengajar jemaat,dan memngaggapnya sebagai nyanyian yang baik didalam gereja. Pemakaian
Mazmur dalam bentuk sajak banyak di pakai oleh gereja-gereja di Indonesia.
Pemakaian mazmur dengan cara membaca, menyanyikan atau mengucapkan sebagai doa.
Gereja di Indonesia pemakaian mazmur kebanyakan di gubah menjadi sebuah lagu
atau pujian. Tentang caara pemakaiannya (cara membaca,menyanyikn atau
mengucapkan sebagai doa) para pemimpin gerakan Liturgia mempunyai pendapat yang
sama
HALELUYA
Unsur Ini berasal dari ibadah Yahudi. Haleluya
biasanya dinyanyikan pada hari raya paskah. Unsur ini dalam Perjanjian Baru
kita temui dalam Wahyu. Dalam abad pertengahan haleluya banyak sekali dipakai
terutama dalam liturgi-liturgi misa. Pemakaian haleluya juga banyak dipakai
setelah pembacaan surat-surat, nyanyian dan pengakuaan dosa. Tetapi kebanyakan
gereja memakaianya detelah pembacaan Alkitab.
BAB VI
PENGAKUAN IMAN
Sejak
semula pengakuan iman erat hubungannya dengan pelayanan baptisan. Abad abad
pertama orang-orang yang dibaptis menjawab soal-soal yang ditujukan kepada
mereka dengan “Aku percaya” dan sesudah itu mereka diselamkan kedalam air.
Sesudah pelayanan Baptisan, mereka diurapi dan
diberkati dan dipakaikan baju
putih. Pakaian pesta yang melambangkan kegembiraan dan kesucian. Dari tempat
baptisan mereka masuk kedalam gereja untuk turut mengambil bagian dengan
anggota-anggota jemaat yang lain dalam perayaan perjamuan kudus. Mulai abad ke
5 pengakuan iman dipakai oleh gereja gereja bagian Timur, (Antiokhia dan
Konstantinopel). Reformasi malanjutka pemakaian pengakuan iman tetapi kadang
kadang tempatnya tidak tetap, kadang sebelum dan sesudah khotbah. Luther
menempatkanya sebelum khotbah. Sementar Calvin menempatkanya sesudah khotbah.
Micron menempatkanya sebelum doa syafaat. Bagi Golterman pengakuan iman hanya mempunyai satu tempat
yang sah yaitu sesudah khotbah. Pengakuan iman yang sering dipakai dalam ibadah
adalah pengkuan iman Rasuli, pengakuan iman Nicea, pengakuan iman Athanasius.
Dan yang sering dipakai oleh gereja adalah Pengakuan Iman Rasuli.
Tentang
cara mengucapkan pengakuan Iman,Van Der Leeur mengatakan”pengakuan Iman dikrarkan,bukan
dibacakan,bukan didengarkan “. Untuk itu jemaat perlu bangkit berdiri
sebagai gtanda kesediaannya untuk membaktikan diri dalam pelayanan Tuhan
BAB
VII
DOA SYAFAAT
Doa syafaat
adalah doa yang dalam beberapa tata kebaktian gereja-gereja di Indonesia
disebut doa umum atau doa pastoral, diluar negeri terkenal dengan intercession.
Yustinus Martyr menempatkan doa syafaat sesudah pemberitaan Firman.
Sementar Zwingli menempatkan doa syafaat untuk orang-orang hidup dan peringatan
akan orang-orang mati dalam iabdah pemberitaan Firman. Calvin menempatkan doa
syafaat setelah khotbah. Kebiasaan Calvin itua terus dipakai sampai sekarang.
Menurut Golterman sendiri doa syafaat dan doa bapa kami harus didahului dengan
salam doa dengan rumus ”Tuhan menyertai kamu”. Gerakan Liturgia sangat
menekankan pemakaian formulir doa untuk doa syafaat sebab para pelayan tidak
mempunyai charisma khusus untuk berdoa.
Dalam
Perjanjian Baru kita temui dua sikap doa yaitu berdiri dan berlutut. Berlutut
sambil berdoa masih dipertahankan sampai sekarang yang dipengaruhi oleh
kebiasaan Katolik Roma yaitu penyembahan terhadap tubuh dan darah Kristus dalam
hosti.
Gereja-gereja
di Indonesia menempatkan doa umum/ doa syafaat sebelum pembacaan Alkitab atau
sebelum khotbah yaitu ditempat epiklese (doa untuk pemberitaan Firman). Selain
itu doa syafaat yang kita kenal dalam gereja di Indonesia umumnya dalam bentuk
pidato. Sikap doa syafaat dapat dilakukan dengan berdiri dan berlutut,Van Der
Leeuw mengusulkan siakp berlutut bagi anggota-anggota jemaat ditempatnya
masing-masing. Pelayan dimuka meja perjamuan tempat ia mengucapkan doa syafaat
jemaat
BAB VIII
PEMBERIAN JEMAAT
Ibadah
dilanjutkan dengan perayaan perjamuan,hal ini mengadopsi dari gereja PL.
pemberian jemaat biaasanya erat hubungannya dengan perayaan perjamuan. Pada
zaman PB pemberian tersebut masih dianggap “diakoni” jemaat dikumpulkan oleh
diaken-diaken (pelayan-pelayan meja,kis 6:2),lalu pemberian-pemberian itu
dibagi-bagikan kepada orang-orang miskin
Digereja
barat persembahan “korban” (yang dibawa kemezbah oleh pelayan dan anggota
jemaat) dianggap sebagai sesuatu yang penting.terutama dijemaat-jemaat
besar,akta persembahan diiringi dengan suatu kidung (mazmur). Sekarang ini
sebutan persembahan berubah menjadi kolekte,tetapi Van Der Leeuw tidak
menyetujui istilah kolekte,karena persembahan merupakan hal yang esensial
didalam ibadah. Mempersembahkan korban berarti kita mempersembahkan diri dan
hidup kita dalam ibadah
BAB IX
NYANYIAN DAN PADUAN SUARA
Dalam
abad-abad pertama,Ignatius (1150 memulihkan kembali pemakaian responsorial
antara pelayan dan jemaat atau antara anngota paduan suara. Pada abad
pertengahan Paus Gregorius I (± 600)memasukkan cara menyanyi Gregorian kedalam
ibadah jemaat. Dalam abad sebelum reformasi nyanyian jemaat disalah gunakan
oleh gereja,oleh pengaruh Roma nyanyian jemaat diberikan kepada paduan-paduan
suara yang terdiri dari para Imam.pada waktu reformasi para Reformator,terutama
Luther dan Calvin. Nyanyian jemaat dibersihkan dari ragi-ragi katolik Roma dan
diserahkan kembali kepada jemaat
Sesudah
reformasi,nhyanyian jemaat terus berkembang.tema dan isinya tidak tetap.
Mula-mula berhubungan dengan perjuangan. DiIndonesia hamper setiap gereja
mempunyai buku nyanyian sendiri,dalam bahasa Indonesia atau bahasa daerah
Gerakan
liturgia mengatakan bagaimana cara nyanyian yang seharusnya di nyanyikan oleh
jemaat: tiap nyanyian merupakan satu kesatuan, bila nyanyian terlalu panjang
baik dinyanyikan suatu bagian yang merupakan kesatuan. Menyanyi dengan suara
yang bagus meskipun ini tidak harus mutlak.
PADUAN SUARA
Dalam
gereja-gereja protestan,sampai sekarang paduan suara belum mendapatkan
kedudukan yang pasti. Ada gereja yang tetap menggunakannya dalam ibadahnya,ada
juga ynag menggunakannya hanya sekali-sekali,bahkan ada yang sama sekali tidak
menggunakannya
Para
pemimpin gerekan Liturgia menyatakan,paduan suara adalah unsur yang tetap dari
ibadah jemaat, hal itu nhyata dari bagan-bagan tata kebaktianyang dipakai oleh
gereja sejak abad-abad pertama
Hal-hal
yang harus diperhatikan sebagai syarat dari paduan suara
1. Paduan
suara yang dipakai didalam ibadah jemaat adalah paduan suara gereja,bukan
perhimpunan penyanyi. Dalam menjalankan tugasnya paduan suara harus tunduk
kepada peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh gereja,karena tujuan dari
paduan suara adalah untuk memuliakan Nama Tuhan
2. Paduan
suara harus berpihak kepada jemaat,karena sebagai ungkapan hati jemaat,mialnya
perasaan khidmat dan kasih,sebagai permohonan,kegembiraan yang meluap-luap dll
3. Didalam
ibadah paduan suara tidak mendapat tempat berdiri sendiri. Hal ini tidak cocok
dengan pendapat Lutheran
4. Karena
tugas paduan suara adalah melayani,berarti paduan suara tidak boleh menyanyi
sendiri-sendiri,tetapi bersama-sama dengan jemaat,atau menyokong nyanyian
jemaat
5. Paduan
suara diperdengarkan sebelum kebaktian mulai dan sesudah berkat
BAB
X
BERKAT
Bagian yang
terakhir dari penyelengaraaan Liturgika adalah “BERKAT” . berkat telah
kita kenal dan ditemui dalam PL. yang terkenal adalah berkat Harun (bil
6:22-27). Rumus-rumus yang dipakai umumnya adalah: BAPA-ANAK-ROH KUDUS .
menurut
tata gereja berkat diucapkan dengan tangan terulur. Kemudian sejak abad ke 5,
sehubungan dengantimbulnya jemaat didaerah-daerah,doa berkat boleh juga
diucapkan oleh Imam-Imam
banyak yang
tidak setuju denganpandangan ini. Oberman
tidak mau memakai bilangan 6:24-26 sebagai rumus berkat. Ia mengatakan
berkat adalah pemberian Tuhanyang diberikan kepada jemaat melalui pelayanan
kepada jemaat. Disini pelayan bertindak sebagai Imam
sebagai
rumus berkat,para pemimpin gerekan Liturgia mengusulkan 2 kor 13;13”kasih
karunia Tuhan Yesus kristus dan kasih Allah,dan persekutuan Roah Kudus
menyertai kamu sekalian. Atau bilanagn 6: 24-26,” Tuhann memberkati engkau dan
melindungi engkau.Tuhan menyinari enkau dengan dengan wajahNya dan memberi
engkau kasih karunia.tuahn menghadapkan wajanNya kepadamu dan memberi engkau
damai sejahtera ”. atau memakai rumus yang diapakai oleh gereja lama “ kiranya
Allah yang Maha kuasa,Bapa,Anak dan Roh Kudus,memberkati kamu “
berkat
diucapkan dengan tangan yang terulur dan “ telapak tangan mengahdap kebawah “.
Jemaat menerima nerkat sambil berdiri, “dengan kepala yang tertunduk “. Sebagai
jawaban atas berkat itu,jemaat mengucapkan Amin! Amin!Amin!
KESIMPULAN
Buku
unsur-unsur Liturgia ini sangat membuka wawasan bagi para pelayan terlebih
Gembala dan para Pemimpin gereja,sebagai acuan dalam tata ibadah,sehingga
menghasilkan ibadah yang tertib,dan dapat mengarahkan jemaat dalam mengahadap
hadirat Tuhan
Sejak Zaman
bangsa Israel,Allah sudah memberikan tuntutan dan pengarahan dalam
penyelenggaraan ibadah. Pada masa kini susnan liturgia sudah banyak mengalami
perubahan,akan tetapi tidak mengurangi esensi inti ibadah tersebut. Sehingga
umatNya dapat lebih leluasa dan lebih dekat lagi dalam beribadah kepada Tuhan